Bila bicara tentang wanita, tak akan habis bersender dengan cinta, kecantikan dan Komersialisasi.
Sebab, bila sudah bicara wanita urusannya bisa berantai. Coba lihat, bagaimana komersialisasi wanita begitu mendunia, iklan-iklan pakai artis wanita, yang laris barang yang dekat dengan wanita, yang paling banyak dicari di google pornografi khususnya wanita.
Kapitalisme, sebagai emaknya sekulerisasi telah
menempatkan wanita pada ladang bisnis, Posisi ibu tak lagi berada dalam kemuliaan. Tak heran, bila urusan kerja nomor satu, urusan mengasuh nomor akhir, mikirkan suami nomor sekian. Akibatnya? Perceraian tak terelakkan, broken home sudah biasa. Anak jadi imbas, pertengkaran rumah tangga udah tak terelakkan. Bila ada istilah, dibalik pria tangguh ada wanita terbaik di belakangnya.
Tapi, kekinian, perilaku korupsi para pejabat, bisa jadi karena kebiasaan sosialita para istri. Gaji suami tak seberapa, tapi pengeluaran dan harapan istri di luar kiraan gaji. Tak sedikit juga wanita yang materinya lebih banyak dari suami, bertingkah bak kuasa atas lelaki.
Kalimat nan indah, "Setiap laki-laki adalah pemimpin bagi perempuan (dalam urusan rumah tangga)" sudah tak lagi menawan. Begitulah, tanpa islam, Wanita berada di posisi yang merendah. Belum lagi eksploitasi tubuh tak terhitung. Betapa banyak mereka mengaku muslimah, berpakaian tapi telanjang. Demi sebutan trendy, semua dilangkahi, termasuk ketaatan dalam agama. Belum lagi tembok hati para wanita, betapa tidak, perasaan wanita yang mudah luluh karena cinta, dengan mudah dimainkan para pria yang jantan tapi pengecut.
Mereka menaburkan kemunafikkan, demi cinta yang palsu. Tak sedikit, para wanita yang mengorbankan kesucian dalam cinta yang palsu pada lelaki yang tak berhak disebut suami sejati nantinya. Ibu, Perempuan, dan siapapun... kembalilah kepada Al-Quran dan Sunnah. Posisimu akan berdaya dan mulia.
Akhukum,