Pada tahun ke sepuluh kenabian, ketika Abu Thalib meninggal dunia, kaum musyrik Quraisy semakin leluasa mencegah perkembangan Dakwah Nabi dan menyakiti kaum muslimin. Nabi pun pergi ke thaif guna mencari perlindungan, berharap penduduk thaif mau menerima Islam.
Setibanya di thaif Nabi menemui tiga orang tokoh masyarakat dan berbicara dengan mereka. Mengajak mereka agar mau membantu dakwah Rasulullah dalam menyebarkan Islam. Namun ternyata mereka menolak dan bahkan menjawab terang-terangan ketidaksukaan mereka. Mereka berkata, "Kamu kah orang yang dipilih Allah sebagai Nabi-Nya?" Yang lain berkata, "Tidak adakah selain kamu yang lebih pantas dipilih Allah sebagai Nabi?" Yang ketiga berkata, "Aku tidak mau berbicara denganmu, sebab jika kamu Nabi, sementara kami menolakmu tentu itu akan mendatangkan bencana. Dan jika kamu berbohong aku tidak mau berbicara dengan orang seperti itu!"
Setelah gagal berbicara dengan mereka, Nabi pun mencoba berbicara dengan selai mereka. Ternyata tidak ada seorang pun yang mau menerima beliau. Bahkan mereka membentak beliau sambil berkata, "Keluarlah kamu dari kampung kami! Pergilah kemanapun kamu sukai."
Setelah Nabi merasa tidak dapat berharap lagi kepada mereka, maka Nabi pun pergi meninggalkan perkampungan itu. Namun tidak cukup sampai disitu, penduduk thaif menyuruh anak-anak mereka mengikuti Nabi dan mengganggunya, kemudian melempari Nabi hingga kaki Nabi berlumuran darah.
Setelah Nabi menjauh dan berhasil mendapati tempat yang aman, nabi beristirahat sejenak. Nabi kelelahan dan meringis kesakitan karena didapatinya kaki beliau yang penuh darah akibat lemparan batu. Di saat itu lah Nabi berdoa kepada Allah:
"Ya Allah, kepada-Mu lah kuadukan lemahnya kekuatanku, kurangnya upayaku, dan kehinaanku dalam pandangan manusia. Wahai Yang Maha Penyayang dari sekalian penyayang, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang merasa lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah Engkau serahkan diriku. Kepada orang asing yang memandangku dengan muka masam atau kepada musuh yang Engkau berikan segala urusanku, tiada keberatan bagiku asalkan Engkau tidak marah kepadaku. Lindunganmu sudah cukup bagiku. Aku berlindung kepada-Mu dengan Nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan, dan dengannya menjadi baik dunia dan akhirat, dari turunnya murka-Mu kepadaku atau turunnya ketidakridhoan-Mu kepadaku. Jauhkanlah murka-Mu hingga Engkau ridha. Tiada daya dan upaya melainkan dengan-Mu."
Allah penguasa seluruh alam kemudian kemudian memperlihatkan keperkasaan-Nya. Allah mengutus Jibril a.s datang kepada Rasulullah kemudian mengucapkan salam dan berkata, "Allah mendengar perbincangan kamu dengan kaummu, dan Allah pun mendengar jawaban mereka. Dan Dia mengutus kepadamu malaikat penjaga gunung thaif agar siap melaksanakan apapun perintahmu kepadanya."
Malaikat penjaga gunung thaif pun datang kepada Nabi lalu memberi salam dan berkata, "Apapun yang engkau perintahkan akan kulaksanakan. Bila engkau suka akan kubenturkan kedua gunung di samping kota ini. Sehingga siapa saja yang tinggal di antara keduanya akan hancur binasa. Jika tidak, apapun hukuman yang engkau inginkan, aku siap melaksanakannya."
Rasulullah yang bersifat pengasih dan mulia menjawab, "Aku hanya berharap kepada Allah, seandainya saat ini mereka tidak menerima Islam, semoga kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang beribadah kepada Allah."
Benarlah doa Nabi dikabulkan oleh Allah SWT, sehingga kita saat ini mengenal sahabat mulia Abu Huarairah perawi hadits yang sangat banyak hafalannya. Ya, beliau berasal dari keturunan penduduk thaif yang ketika itu mengusir Nabi. Subhanallah...
Semoga Bermanfaat