Menes, Raja cikal bakal dinasti Mesir, adalah penguasa pertama yang menyatukan
seluruh Mesir, dan dengan demikian dia mendirikan kerajaan yang memegang peranan
begitu lama dan begitu gemerlapan dalam sejarah kebudayaan manusia.
Tanggal lahir Menes dan juga matinya tidak diketahui, meskipun dianggap
sekitar kira-kira 3100 tahun SM. Sebelum saat itu, Mesir bukanlah suatu negeri
tunggal melainkan terdiri dari dua kerajaan yang terpisah dan berdiri sendiri.
Satu di utara di delta Sungai Nil dan lainnya di selatan, di lembah Nil. (Karena
Sungai Nil mengalir ke laut dalam peta Mesir purba muara Nil kelihatan di bawah
halaman. Atas dasar alasan ini, orang Mesir menyebut delta di utara sebagai
"Mesir Bawah" sedangkan kerajaan di selatan "Mesir Atas"). Secara umum, Mesir
Bawah tampaknya lebih maju dari tetangganya di bagian selatan. Tetapi Raja
Menes-lah, penguasa Mesir Atas yang berhasil menaklukkan kerajaan di utara dan
menyatukan segenap negeri.
Menes (yang juga terkenal dengan sebutan Narmer) berasal dari Thinis, sebuah
kota di selatan Mesir. Sesudah menguasai kerajaan sebelah utara dia menjuluki
dirinya "Raja utara dan selatan Mesir," gelar yang dipertahankan oleh para
pharao (fir'aun) berikutnya selama ribuan tahun. Dekat perbatasan lama antara
kedua kerajaan, Menes mendirikan sebuah kota baru --Memphis-- yang karena
letaknya begitu strategis, menjadi ibukota Mesir yang dipersatukan. Memphis,
yang reruntuhannnya terdapat di dekat kota Kairo sekarang, berabad-abad menjadi
kota terkemuka di Mesir, dan untuk masa yang cukup lama menjadi ibukotanya.
Sedikit tambahan keterangan tentang Menes telah dapat diselamatkan. Dia
berjasa memegang tampuk kerajaan untuk masa yang lama --enam puluh dua tahun--
menurut sumber-sumber kuno, walau ada kemungkinan dilebih-lebihkan.
Di samping pengetahuan kita yang terbatas tentang peristiwa-peristiwa yang
terjadi begitu lama, hasil karya Menes tampaknya punya makna penting yang besar
sekali. Sebelum masa dinastinya (yaitu sebelum Menes), kebudayaan Mesir kurang
maju ketimbang kebudayaan Sumeria yang kini terletak di Irak. Tetapi, penyatuan
politik Mesir tampaknya memancarkan kekuatan laten penduduk Mesir. Memang,
benar, penyatuan diiringi oleh masa kemajuan yang cepat baik di bidang kultural
maupun sosial. Lembaga pemerintahan dan sosial berkembang pada saat mula periode
dinasti, yang berlangsung dengan sedikit perubahan, 2.000 tahun. Penulisan
hieroglyp berkembang dengan pesat, begitu juga bangunan-bangunan dan kepandaian
teknik lainnya. Dalam beberapa abad, kebudayaan Mesir sudah menyamai --malah
dalam beberapa sektor melampaui-- kebudayaan Sumeria. Sesungguhnya, sebagian
besar dari masa 2.000 tahun sesudah Menes, Mesir, diukur dari kekayaan dan
kebudayaan, merupakan negeri termaju di dunia, paling sedikit nomor dua. Ini
adalah bukti suatu kemajuan yang berlangsung lama yang sedikit kebudayaan bisa
menandinginya. Suatu budaya yang hebat bin hebat.
Memang sulit untuk menempatkan di mana kedudukan Menes dalam daftar urutan
buku ini, berhubung kita tidak punya data informasi langsung seberapa pentingnya
peranan pribadi Menes dalam hal penaklukan kerajaan sebelah utara dan penyatuan
Mesir. Dengan segala kekurangan informasi itu, kita cuma bisa menduga-duga
berapa besar peranan yang ada padanya; tetapi tampaknya merupakan dugaan yang
aman bahwa peranan itu amat penting. Secara umum, para fir'aun Mesir bukanlah
tokoh yang terkemuka, tetapi para penguasa yang memiliki kekuasaan besar. Lebih
dari itu, sejarah memberitahukan kita bahwa kerajaan-kerajaan tak dapat
melakukan penaklukan penting tanpa kepemimpinan seorang raja yang becus; begitu
pula mereka tak mampu mempertahankan daerah yang sudah ditaklukkan tanpa
kepemimpinan seorang raja yang berkemampuan. Karena itu teramat besarlah
kemungkinan bahwa Menes secara pribadi merupakan faktor penting dalam
peristiwa-peristiwa besar di masanya. Tanpa mengesampingkan kepicikan
pengetahuan kita mengenai Menes, tampaknya Menes memang salah satu dari tokoh
yang berpengaruh dalam sejarah.