Umum dianggap orang, Tsar Rusia
terkemuka, Peter Yang Agung politik pem"barat"-annya yang ia lembagakan
merupakan faktor utama yang mengubah Rusia jadi suatu negeri kuat.
Peter dilahirkan tahun 1672 di
Moskow, anak satu-satunya Tsar Alexis dengan istri keduanya Natalia Narishkina.
Peter belum lagi mencapai umur empat tahun tatkala ayahnya meninggal dunia.
Karena Alexis punya tiga belas anak dari istri pertamanya, taklah mengherankan
jika terjadi pergulatan panjang bahkan keras untuk memperebutkan mahkota. Dalam
suatu kejadian, si Peter muda diharuskan pergi meninggalkan negeri seumur hidup.
Selama bertahun-tahun Sophia, saudara tiri Peter menjadi penguasa sementara
karena Peter masih terlampau muda. Dan baru sesudah tahun 1689, ketika dia
melepaskan kedudukan itu posisi Peter menjadi aman.
Rusia tahun 1689 merupakan negeri
yang terbelakang, berabad tertinggal di belakang Eropa dalam hampir semua segi.
Kota-kota jauh lebih sedikit ketimbang di Barat. Perbudakan merajalela, dan
sesungguhnyalah, jumlah budak bertambah-tambah dan hak-hak asasinya menurun.
Rusia tidak mengalami baik Renaissance maupun Reformasi. Pendeta-pendetanya
goblok; literatur hampir tak ada; matematika dan ilmu pengetahuan tak diacuhkan
dan dianggap tak ada guna. Berbeda dengan Eropa Barat di mana Newton baru saja
menulis dia punya Principia dan dimana literatur dan falsafah berkembang, Rusia
tak ubahnya seperti negeri abad tengah, bloon, jompo.
Tahun 1697-1698, Peter melakukan
perjalanan panjang ke Eropa Barat, suatu perjalanan yang menentukan irama di
tahun-tahun kemudian masa pemerintahannya. Peter memboyong sekitar 250 orang
bersamanya dalam "missi raksasa" ini. Dengan menggunakan nama samaran (Pyotr
Mikhaylov) Peter bisa melihat banyak hal yang tak bisa dilihatnya tanpa cara
itu. Dalam perjalanan itu Peter bekerja pada suatu saat tertentu sebagai tukang
kayu di "Dutch East India Company" di negeri Belanda. Dia juga bekerja di dok
Angkatan Laut di Inggris, dan dia belajar ihwal persenjataan di Prusia. Dia
kunjungi pabrik-pabrik, sekolah-sekolah, museum, stadion bahkan melihat-lihat
sidang parlemen di Inggris. Pendek kata, dia belajar sebanyak-banyaknya yang
bisa diperolehnya dari kebudayaan Barat, ilmu pengetahuannya, kulturnya,
industrinya, dan tata administrasinya.
Tahun 1698 Peter kembali ke Rusia
dan menyusun rancangan jangka jauh menyangkut pembaharuan, memodernisasi dan
membaratkan negeri Rusia untuk menggalakkan pengenalan teknologi dan teknik
Barat, Peter banyak membawa teknisi Eropa Barat ke Rusia. Dia juga banyak
mengirim remaja Rusia untuk belajar di Eropa Barat. Selama pemerintahannya Peter
menggairahkan pembangunan industri dan perdagangan. Di bawah pemerintahannya,
kota-kota membesar dan borjuasi berkembang biak dalam jumlah maupun
pengaruh.
Dan dalam masa pemerintahan Peter,
dibangun Angkatan Laut dalam ukuran yang selayaknya. Lebih dari itu, Angkatan
Daratnya diubah menurut gaya Eropa Barat, beruniform dan bersenjata modern dan
latihan militer secara Eropa Barat pun dilembagakan. Peter juga melakukan
pelbagai perubahan di sektor administrasi sipil, termasuk perombakan yang
sensitif tentang peningkatan pegawai sipil berdasar hasil karyanya di kantor,
bukan berdasar pangkat keturunan.
Dalam masalah sosial pun Peter
menggalakkan pembaratan. Dia instruksikan supaya semua jenggot dicukur (meskipun
belakangan instruksi itu diubah) dan semua pria di pengadilan diharuskan
berpakaian ala barat, menganjurkan stop merokok dan minum kopi. Kendati waktu
itu banyak usul-usulnya menemui tantangan gigih, secara jangka panjang politik
ini mengakibatkan kaum aristokrat Rusia akhirnya mengembangkan cara dan kultur
Eropa Barat.
Tidaklah mengherankan apabila Peter
menganggap Gereja Ortodoks Rusia merupakan kekuatan reaksioner yang terbelakang.
Peter berhasil sebagian mengorganisir kembali Gereja Ortodoks dan dapat
melakukan pengawasan secukupnya. Peter mendirikan sekolah sekuler di Rusia dan
mendorong kemajuan ilmiah. Dia juga memperkenalkan penanggalan Yulian dan
memodernisir abjad Rusia. Di masa pemerintahannya, surat kabar pertama terbit di
Rusia.
Sebagai tambahan
pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya di dalam negeri, Peter berkecimpung
dalam politik luar negeri yang punya akibat penting di masa depan. Di bawahnya,
Rusia terlibat peperangan dengan Turki di selatan dan dengan Swedia di utara.
Dengan Turki pada awal peperangan dia peroleh sukses merebut pelabuhan Azov
tahun 1696, dengan demikian menyuguhkan jalan keluar buat Rusia ke Laut Hitam.
Tetapi, kemudian di masa pemerintahannya juga, Turki dapat angin dalam
pertempuran dan pada tahun 1711 Turki memaksa Rusia mengembalikan pelabuhan
Azov.
Dalam peperangan melawan Swedia,
rentetan kejadian berlangsung sebaliknya, kalah pada awal mula tetapi menang
pada akhirnya. Tahun 1700 Rusia bergabung dengan Denmark dan Saxony melancarkan
serangan terhadap Swedia, yang waktu itu merupakan negeri yang kuat potensi
militernya. (Polandia pun kemudian memaklumkan perang terhadap Swedia). Di
pertempuran Narva tahun 1700, balatentara Rusia rusak terpukul. Sesudah
pertempuran ini, Raja Swedia berpaling ke musuh lain. Sementara itu Peter
membangun kembali tentara Rusia. Sesudah itu pecah lagi pertempuran antara
Rusia-Swedia. Dan di Poltava, tahun 1709, tentara Swedia kalah secara
meyakinkan.
Daerah yang berhasil diperoleh Rusia
dari peperangan termasuk (secara kasarnya) Estonia dan Latvia, serta beberapa
daerah dekat Finlandia. Kendati daerah yang direbutnya tidaklah begitu luas,
tetapi punya arti penting karena memberi Rusia jalan keluar ke Laut Baltik yang
orang sebut "Jendela Eropa." Di tepi sungai Neva, di atas tanah yang pernah
diduduki Swedia, Peter mendirikan kota baru, St. Petersburg (kini bernama
Leningrad). Tahun 1712 dia pindahkan ibukota dari Moskow ke sana. Sesudah itu
St. Petersburg menjadi titik pertemuan antara Rusia dengan Eropa Barat.
Pelbagai politik dalam negeri Peter
dan peperangan dengan pihak asingnya, tentu saja, mengeluarkan banyak biaya dan
tak bisa dihindari lagi mengakibatkan penarikan pajak-pajak tambahan. Baik pajak
yang tinggi maupun pembaharuan-pembaharuan dengan sendirinya membuat bangsa
Rusia marah dan pecahlah beberapa pemberontakan, tetapi kesemuanya ini ditumpas
Peter tanpa ampun. Meskipun dia punya banyak penentang di masanya, kini baik
historikus Eropa Barat maupun Komunis sepakat bahwa Peter memang seorang Tsar
Rusia yang besar.
Pribadinya merupakan penampilan yang
menarik., Dia tinggi besar (paling sedikit 6 kaki 6 inci) kuat, tampan dan
bersemangat. Dia berapi-api, ganas, pemberang, berjiwa berkobar-kobar. Dan suka
kelakar meski humornya serius kasar. Kadang-kadang dia banyak minum-minuman
keras dan ini membuatnya ganas. Sebagai tambahan kecekatan di bidang militer dan
politik, Peter sudah mempelajari pertukangan kayu; cetak-mencetak, navigasi, dan
pembikinan kapal. Betul-betul seorang raja yang istimewa! Kalau perlu,
jangan-jangan dia bisa jadi pemborong!
Peter dua kali kawin. Kawin dengan
istri pertamanya --Eudoxia-- tatkala umurnya tujuh belas tahun. Mereka hidup
berkeluarga, hanya seminggu dan ketika umurnya dua puluh enam tahun sang istri
dikirimnya ke biara. Tahun 1712 dicerainya Eudoxia dan Peter kawin lagi dengan
wanita lain. Istri keduanya --Cathrine-- adalah gadis asal Lithuania, seorang
gadis dari keluarga biasa. Dari istri pertamanya Peter peroleh seorang putera,
Alexis. Tetapi, Peter dan puteranya hubungannya jelek. Tahun 1718 Alexis ditahan
dengan tuduhan berkomplot mau gulingkan Peter. Dia bukan saja ditahan tetapi
juga disiksa dan mati dalam bui di St. Petersburg awal tahun 1725 di umur lima
puluh dua tahun. Dia digantikan oleh jandanya --Catherine-- (jangan keliru
dengan Catherine Yang Agung).
Peter Yang Agung tercantum di daftar
buku ini berkat peranan penting yang dimainkannya membaratkan dan memodernisir
Rusia. Tetapi, karena para penguasa dari pelbagai negara juga melakukan
langkah-langkah serupa, orang layak bertanya atas dasar apa Peter dimasukkan
dalam daftar buku ini sedangkan banyak yang lainnya, tidak.
Memang betul sekali bahwa sekarang,
di abad ke-20, umumnya kepala negara melihat arti penting buat bangsanya
menerima cara-cara Barat, khususnya di sektor ilmiah dan teknologi. Tetapi di
tahun 1700, kecenderungan membaratkan merupakan suatu hal baru bagi umumnya
orang di luar Eropa. Apa yang membikin Peter begitu penting adalah bahwa dia
berada dua abad di depan dari jamannya dalam hal menangkap perlunya membaratkan
dan dalam hal memodernisir negerinya. Karena pandangan jauh ke depan Peter,
Rusia yang berada pada tingkat negeri terbelakang, mampu melompat ke depan
melewati sebagian besar negeri-negeri di dunia. (Tetapi, betapa pun cepatnya dia
maju yang sudah dilakukan Eropa di abad ke-18 dan ke-19, Rusia tak mampu
menyamai Eropa Barat).
Kebalikan dengan Turki, satu negeri
penting lainnya di perbatasan timur Eropa, yang juga menarik. Turki dan Rusia
keduanya "setengah Eropa." Dalam masa dua abad segera sesudah pemerintahan
Peter, Turki lebih maju di segi militer ketimbang Rusia, begitu juga ekonomi
serta kulturnya. (Untuk hal ini, Turki jauh lebih maju dari Rusia sepanjang
sejarah). Tetapi, tak ada Sultan Turki di sekitar tahun 1700 yang menginsyafi
pentingnya percepatan pembaratan dan tak ada yang mendorong negerinya ke arah
sana. Karena itu, sementara Rusia, sejak jaman Peter dan selanjutnya, ngebut
dengan langkah modernisasi, Turki hanya berbuat sedikit kemajuan. Baru di abad
ke-20 Kemal Ataturk memimpin Turki dengan program percepatan modernisasi. Pada
saat itu, pengawasan Rusia terhadap Asia Tengah sudah cukup mantap dan Rusia
sudah lebih maju baik di segi industri maupun segi pendidikan.
Kini, tentu saja, kita dengan
sendirinya menganggap Rusia mengungguli kekuatan Turki. Tetapi, andaikata yang
melakukan pembaharuan saat itu bukannya Peter Yang Agung melainkan Sultan Turki,
maka mungkin sekali Turki menjadi kekuatan utama dewasa ini dan hampir pasti
menguasai daerah yang kini bernama Asia Tengah Soviet. (Penduduk daerah itu
beragama Islam dan lebih dekat hubungannya dengan Turki daripada dengan Rusia).
Meskipun Rusia telah menduduki bagian terbesar Siberia sebelum Peter Yang Agung,
besar kemungkinan daerah itu terambil Turki atau Cina atau Jepang, kalau saja
Peter tidak melakukan program pembaharuan dan modernisasi memperkuat Rusia.
Peter Yang Agung bukan sekedar
penguasa yang mengikuti arus, tetapi orang yang berdiri di depan jamannya.
Pandangan jauh ke depannya besar kemungkinan bisa mengubah jalan sejarah dan
membaginya ke dalam jalur yang tak bisa kita telusuri. Atas dasar alasan ini,
sangat jelas buat saya bahwa Peter layak dapat tempat di daftar buku ini.
Dalam hal menentukan dimana urutan
Peter, saya agak terpengaruh dengan perbandingan antara dia dengan Ratu
Elizabeth I dari Inggris. Elizabeth juga lebih kesohor, khusus di Barat. Tetapi,
saya pikir saya akan menghadapi kesulitan meyakinkan orang Rusia --walau yang
paling moderat sekalipun-- bahwa Elizabeth lebih berpengaruh ketimbang Peter
Yang Agung. Peter jauh lebih punya jiwa pembaharuan, jauh lebih orisinal.
Apabila Elizabeth sebagian terpokoknya hanya melaksanakan konsensus apa yang
diinginkan rakyatnya, Peter menuntun rakyatnya ke jurusan yang tak pernah mereka
bayangkan sebelumnya. Beda tingkat antara keduanya bahkan bisa lebih besar lagi
kalau saja Inggris tidak memainkan peranan lebih penting dari yang diperbuat
Rusia.