Jumat, 03 Februari 2017

Dosa Ghibah & Akibatnya


 
Seorang kawan mengajak kami makan bersama di rumahnya, sebut saja namanya Abdullah. Saat tengah menyantap hidangan, tiba-tiba salah seorang yang hadir menyinggung seseorang yang tak ikut hadir dengan ucapan yang tidak baik.

Dengan senyum dan lahjah arab yang khas Abdullah berkata "Saya kira daging Ayam, Unta, dan hidangan ini sudah cukup mengenyangkan kita. Jadi tak perlu ditambah dengan daging saudara kita sendiri".

Lalu, semuanya terdiam...

Apa arti Ghibah (yang sebenarnya)?
Kata seorang ulama tafsir, Masruq, Ghibah adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya. Jika yang dibicarakan adalah sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti menfitnah (menuduh tanpa bukti).” 
 
Demikian pula dikatakan oleh Al Hasan Al Bashri. (Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayil Qur’an, 26: 167) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.
” Ia berkata, “
1. Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.
” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“2. Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya.
3. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.”
(HR. Muslim no. 2589).
 
Ghibah kata Imam Nawawi adalah menyebutkan kejelekan orang lain di saat ia tidak ada saat pembicaraan. Apalagi diterangkan dalam Al-Qur’an.
 
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)
 
Bahkan, yang lebih parahnya ini nih ada beberapa hadits yang bisa membuat kita tak akan mendzalimi orang" bahkan menghibahinya. Dosa ghibah lebih besar dari pada zina sama ibu kandung, berapa besar? 72X LEBIH BESAR
Suatu ketika Rasulullah saw. Bertanya kepada sahabat-sahabatnya,
"Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?
" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak mermliki harta benda".
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
 
"Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa, pahala zakatnya dan pahala hajinya, tapi ketika hidup di dunia dia mencaci orang lain, menuduh tanpa bukti terhadap orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpahkan darah orang lain (secara bathil) dan dia memukul orang lain. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada orang yang di dzaliminya. Semuanya dia bayarkan sampai tidak ada yang tersisa lagi pahala amal sholehnya. Tetapi orang yang mengadu ternyata masih datang juga. Maka Allah memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu. dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka."
 
Kata Rasulullah selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut di hari kiamat, yaitu orang yang rajin beribadah tetapi dia tidak memiliki akhlak yang baik. Dia merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.” (HR Muslim No. 6522, At-Tirmidzi, Ahmad)
 
dan 
 
“Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf)nya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” [HR. Bukhari dan Muslim dalam Tarjamah Riadhus Shalihin, jilid I, hal. 225, bab Haram berlaku dhalim].
 

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً
“Dan janganlah kalian mengikuti apa yang kalian tidak mengetahuinya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati itu semua akan ditanyai (dimintai pertanggungjawaban)” [Al-Isra’: 36]
 
Jika kita tidak menjaga lisan kita sehingga berbicara seenaknya tanpa ditimbang-timbang dahulu, yang akhirnya mengakibatkan kita terjatuh pada ghibah atau yang lainnya maka hal ini akibatnya sangat fatal. Sebab lisan termasuk sarana yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. 
 
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَ هَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِيْ النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ؟
“Bukankah tidak ada yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka melainkan akibat lisan-lisan mereka ?”.
 
Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ الأَجْوَفَانِ : الفَمُ و الْفَرَجُ
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang: mulut dan kemaluan”. [5]



Masih mau Ghibah???