Kamis, 26 Januari 2017

Ini Dia Macam-macam Kejujuran




Sifat jujur merupakan sifat yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menganjurkan kita untuk memiliki sifat ini. Dimana kejujuran menjadi hal utama bagi seseorang memperoleh keberkahan. Sedang, hal sebaliknya, yakni bohong sangatlah tidak Allah sukai. Bahkan, disebutkan bahwa pembohong sama halnya seperti orang munafik. Yang mana orang munafik memiliki kedudukan yang lebih berbahaya daripada orang kafir.

Banyak orang berkata bahwa sifat jujur itu hanya dalam ucapan saja. Padahal,
tidak! Sifat jujur ini terdiri dari beberapa macam. Apa sajakah itu?

Dilansir dari muslim.or.id bahwa sifat jujur terdiri dari lima macam. Yaitu:

1. Jujur dalam niat dan kehendak. 
Ini kembali kepada keikhlasan. Kalau suatu amal tercampuri dengan kepentingan dunia, maka akan merusakkan kejujuran niat, dan pelakunya bisa dikatakan sebagai pendusta. Sebagaimana kisah tiga orang yang dihadapkan kepada Allah, yaitu seorang mujahid, seorang qari’, dan seorang dermawan. Allah menilai ketiganya telah berdusta, bukan pada perbuatan mereka tetapi pada niat dan maksud mereka.


2. Jujur dalam ucapan. 
Wajib bagi seorang hamba menjaga lisannya, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang di antara macam-macam kejujuran.


3. Jujur dalam tekad dan memenuhi janji.
Contohnya seperti ucapan seseorang, “Jikalau Allah memberikan kepadaku harta, aku akan membelanjakan semuanya di jalan Allah.” Maka yang seperti ini adalah tekad. Terkadang benar, tetapi adakalanya juga ragu-ragu atau dusta.

Hal ini sebagaimana firman Allah, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),” (QS. Al-Ahzab: 23).

Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, ‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.’ Maka, setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran),” (QS. At-Taubah: 75-76).


4. Jujur dalam perbuatan.
Yaitu seimbang antara lahiriah dan batin, hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dengan amal batin. Sebagaimana dikatakan oleh Mutharrif, “Jika sama antara batin seorang hamba dengan lahiriahnya, maka Allah akan berfirman, ‘Inilah hambaku yang benar/jujur’.”


5. Jujur dalam kedudukan agama.
Ini adalah kedudukan yang paling tinggi, sebagaimana jujur dalam rasa takut dan pengharapan, dalam rasa cinta dan tawakkal. Perkara-perkara ini mempunyai landasan yang kuat, dan akan tampak kalau dipahami hakikat dan tujuannya. Kalau seseorang menjadi sempurna dengan kejujurannya maka akan dikatakan orang ini adalah benar dan jujur.

Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar,” (QS. Al-Hujurat: 15).

Realisasi perkara-perkara ini membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin seseorang manggapai kedudukan ini hingga dia memahami hakikatnya secara sempurna. Setiap kedudukan (kondisi) mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Ada kalanya lemah, ada kalanya pula menjadi kuat. Pada waktu kuat, maka dikatakan sebagai seorang yang jujur. Dan jujur pada setiap kedudukan (kondisi) sangatlah berat. Terkadang pada kondisi tertentu dia jujur, tetapi di tempat lainnya sebaliknya. Salah satu tanda kejujuran adalah menyembunyikan ketaatan dan kesusahan, dan tidak senang orang lain mengetahuinya.

Ingatlah, meski berat, tapi kita harus berusaha untuk jujur. Sifat ini harus terus melekat pada diri kita. Pastikan diri kita bisa berbuat jujur pada semua macam-macamnya. Bukan hanya yang nampak, tapi pada hal-hal tersembunyi pun kita harus jujur. Bukan pula pada Allah dan orang lain, kita pun harus jujur pada diri sendiri.